Kesenian adat dan budaya begitu lekat dengan masyarakat Aceh. Seni tari ranup lampuan sebagai salah salah satu tari dari Aceh yang menjadi identitas keAcehan. Tari ini mempunyai peran penting di kehidupan sosial. Almarhum Yuslizar yang yang lahir di Banda Aceh pada 23 Juli 1937, Beliau lah pencipta Tarian Lanup Lam Puan ini. Tarian Ranup Lampuan diciptakan beliau ditahun 1959. Tarian ini memang pada awalnya hanya terdapat di Kotamadya Banda Aceh. Akan tetapi dengan cepat tersebar ke setiap kabupaten dan kota lainnya di seluruh Aceh dan menjadi fenomenal.
Masyarakat Aceh terkenal dengan kebiasaannya yang sangat memuliakan tamu. Kata piyôh yang artinya mampir, seringkali bukan sekedar gurauan atau formalitas yang diucapkan tetangga ketika kita lewat di depan rumahnya. Tika duek atau tikar duduk dan ranup merupakan hal yang selalu ada disetiap rumah. Setiap orang yang datang disambut sebagaimana layaknya tamu penting. Begitulah adanya sejak zaman dahulu ranup punya peran sendiri di dalam tatanan masyarakat. Seiring berjalannya waktu kehidupan orang Aceh dengan sifat memuliakan tamu ini dikreasikan dalam bentuk tarian, tidak lupa ranup juga sebagai simbol dalamnya dan selalu ada disetiap tarian ini di tampilkan.
Kepedulian adalah hal penting yang berperan melestarikan budaya. Pentingnya untuk tidak pernah lupa akan makna adat dan budaya yang telah menyatu dan tak dapat dipisahkan lagi dari masyarakat merupakan identitas keAcehan. Peran dalam memelihara adat dan budaya dengan tetap melestarikan dan memaknainya dapat generasi muda Aceh lakukan dengan tetap mempercayai bahwa budaya kita jauh lebih menarik dari budaya lain. Ditengah serangan budaya barat yang bertubi-tubi menyerang generasi muda Aceh, kita punya pilihan untuk tetap mempertahankan budaya asli kita. Banyak sanggar di Aceh yang siap menjadi wadah bagi remaja yang mempunya passion di dunia seni tari. Menarikan tarian ranup lampuan dan banyak juga tarian lainnya yang tak kalah menarik. Sudah banyak bukti bahwa turis lokal dan internasional sangat menyukai tarian Aceh dikarenakan kedinamisan dan komposisi tarian yang begitu indah ditampilkan.
Tidak jarang juga tarian Aceh di perlombakan sampai ke taraf internasional dan mendapat peringkat tertinggi dalam mencuri perhatian yang penonton dar mancanegara.
Untuk itu sangat disarankan bagi muda-mudi Aceh untuk mengembangkan bakatnya di seni tari ini. Selain dapat menyalurkan hobi ditempat yang benar juga dapat sekaligus melestarikan kebudayaan kususnya dalam hal seni tari.
Sanggar Cut Nyak Dhien, Sanggar Geunaseh, dan Sanggar Jeumpa hanya merupakan contoh dari sanggar di Banda Aceh yang sudah memiliki kiprahnya dalam melestarikan budaya. Masih sangat banyak sanggar lainnya yang bisa menjadi pilihan muda-mudi Aceh untuk menyalurkan bakat di seni tari. Kini saatnya generasi muda yang baru di Aceh mengambil peran untuk melakukan hal yang sama, yaitu mempromosikan budaya Aceh yang begitu sangat mempesona dan menyajikannya untuk di saksikan di dunia.
Penulis : Siti Minanda Pulungan
Nim : 1010102010085
Tidak ada komentar:
Posting Komentar