Tampilkan postingan dengan label karyatulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label karyatulis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Januari 2014

KRITIK FILM 5 CM

Kemarin saya akhirnya bisa menonton film yang sempat booming di kalangan anak muda Indonesia, film berjudul “5 cm”. Telat? Ya, memang saya akui sangat telat kalau saya baru menonton sekarang. Pertama, memang dari awal kemunculan film itu saya tidak se-excited orang lain untuk menontonnya. Kedua, sampai sekarang (maaf) saya masih suka underestimate dengan film-film nasional, jadi memang film produksi Indonesia belum pernah menjadi daftar wajib tonton di bioskop buat saya, bahkan “The Raid” yang sampai dapat penghargaan di luar negeri. Yang jadi daftar wajib tonton di bioskop bagi saya kebanyakan film barat. Sekali lagi maaf, bukan bermaksud melecehkan film nasional, tapi bagi saya hanya ada beberapa film nasional yang memang benar-benar bermutu baik dari segi cerita, akting pemainya, pesannya, maupun sinematografinya.

Saya akhirnya weekend ini menonton film “5 cm” juga karena penasaran. Penasaran karena katanya banyak anak muda terinspirasi dari film ini, filmnya bagus, menyentuh, dan sebagainya. Akhirnya saya menontonnya. Dan ini yang saya dapatkan dari film “5 cm”.

Kamis, 02 Januari 2014

Ulama karismatik Aceh yang telah berpulang ke Rahmatullah

Malam yang dingin, aku baru saja sampai di Banda Aceh bersama bunda. Kami menuju ke rumah sanak saudara kami yang berada di dekat terminal bus, Batoh. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Kami berangkat dari Lhokseumawe dengan travel, aku kembali ke Banda Aceh karena melanjutkan aktifitas akademisku di Universitas Syiah Kuala, sedangkan bundaku ada keperluan dinas untuk menghadiri rapat di Kantor PDAM di Banda Aceh. Setiba kami di rumah yang dituju, kami pun langsung beristirahat karena pagi nanti kami akan melanjutkan aktifitas masing-masing.

Fajar pun telah tiba, kami bergegas untuk shalat. Kemudian kami menyiapkan sarapan dan juga membereskan baju. Saat aku membereskan tumpukan baju di dalam tas, handphoneku pun berdering dengan keras. Aku pun menghampiri dan menatap layar display dengan sekilas untuk mengecek siapa gerangan yang menelepon pun pagi ini. Ternyata rakanku Adnan, aku pun agak terkejut karena rakanku ini jarang aku hubungi jika dia masih berada di Dayah. Tak lama berfikir panjang, aku pun mengangkat telepon darinya.

KREATIVITAS PEMUDA VS PEMERINTAH

Gempa dan Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004 lalu memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat Aceh. peristiwa yang menelan korban lebih dari 250 ribu jiwa tersebut berhasil memporak-porandakan provinsi paling barat Indonesia ini. seluruh aktivitas masyarakat berhenti total selama beberapa bulan. Banyak penduduk yang terpaksa mengungsi, sehingga aktivitas masyarakat yang terkena tsunami terpaksa dialihkan ke daerah lain yang tidak terkena musibah tersebut. Salah satu daerah yang terkena dampak cukup besar ialah ibukota provinsi, Banda Aceh.

Pada tahun 2005 mulailah pembangunan kembali di Aceh. keterlibatan bantuan dari luar Indonesia memberikan pengaruh yang cukup penting dalam proses pembangunan tersebut. Pembangunan yang berorientasi pada modernisasi tersebut memberikan kemajuan yang begitu pesat dibanding sebelum bencana alam. Sehingga secara otomatis aktivitas masyarakat juga mengikuti perkembangan tersebut. Termasuk kegiatan kepemudaan.

WARGA MENGAMUK KARENA GEBERNUR TIDAK MENEPATI JANJI

Jum’at/27 desember 2013 sebagianwarga yang merasa tak puas dengan kinerja gebernur aceh Dr.Zaini Abdullah dan wakilnya Muzakir Manaf mendatangi kantor Gebernur untuk menuntut janji Gebernur dan wakilnya mengenai janji yang mereka katakana kepada warga akan memberikan uang senilai 500.000 kesetiap warga yang telah mengajukan proposal untuk uang tersebut. Warga yang sudah mengajukan proposal untuk uang tersebut merasa kecewa karena janji tersebut hanya ditepati setengah, setengah dari warga yang telah mengajukan proposal sampai saat ini belum menerima uang yang dijanjikan gebernur dan wakilnya.
Janji ini dikatakan sewaktu pengukuhan walinanggroe MALIK MAHMUD  pada20 September 2013 lalu. Warga mendatangi kantor gebernur aceh dan meminta gebernur menepati janji agar segera member mereka uang yang telah dijanjikan. Warga memenuhi kantor gebernur sampai malam hari. Karena aksi warga ini pun membuat jalan sekitar kantor gebernur sempat macet. Warga memblokir akses gebernur untuk keluar dari kantor, warga memenuhi halaman dan jalan yang berada dikantor gebernur.

Sineas Muda Aceh

Setelah 9 tahun pasca Tsunami ditahun 2004 telah banyak perubahan yang terjadi di Aceh.  Diantaranya adalah perubahan kemajuan prestasi anak-anak Aceh yang kreatif, yang mana sebelum musibah Tsunami menimpa Aceh, kreativitas anak-anak aceh sangatlah minim.  Musibah Tsunami tidak menyurutkan anak-anak Aceh untuk mengasah skil mereka dan berkarya. Sekarang Kreativitas anak-anak Aceh semakin meningkat dari tahun ke tahun, walaupun kreativitasnya itu tidak terpublikasi dengan luas.

Sineas tidak terlepas dari bagian kreativitas. Baru-baru ini Sineas muda Aceh telah berusaha membuat suatu film pendek. Film Pendek yang di produksi oleh sineas muda aceh melalui komunitas K3 (Karya Kita Kreatif) ini tidak hanya sekedar film biasa. Film yang di produksi oleh K3 ini berjudul “Cerita Alam Dari Pesisir”. Film ini juga mengikuti lomba film pendek  se-Indonesia. Hasil dari perlombaan ini adalah, film “Cerita Alam Dari Pesisir” menjadi juara 1 dan mengalahkan banyak pesaing dari berbagai pulau. Tentu saja ini bukan prestasi yang biasa melainkan prestasi yang sangat luar biasa bagi sineas muda Aceh. Sineas Muda Aceh tidak hanya mengikuti lomba film saja, melainkan mengikuti lomba iklan mengenai seorang pengusaha dan juga iklan ini berhasil menjadi Juara 1 di antara iklan-iklan lainnya.

Kreativitas Muda Remaja Aceh

Kritik

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, banyak kita melihat perkembangan dari berbagai segi yang telah dicapai oleh provinsi Aceh dan khususnya masyarakat Aceh. semua hal itu tidak terlepas dari peran pemuda/pemudi yang ada di Aceh. Saat ini, remaja Aceh telah mampu menunjukan eksistensinya didalam membangunkan nilai kreativitas yang ada di Aceh tentunya. Banyak hal yang telah dilakukan remaja Aceh saat ini dalam berbagai segi, seperti Seni dan Budaya. Dari bagian seni, musik menjadi salah satu contohnya, banyak kreativitas musik yang ada di Aceh saat ini. Dari segi budaya, remaja Aceh juga mampu mempertahankan identitas kebudayaan mereka secara efektif. Budaya dan musik tidaklah dapat dipisahkan dari masyarakat Aceh yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial tersebut. Masyarakat Aceh saat ini, dan khususnya para remaja Aceh haruslah menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Aceh.

ANAK MUDA DAN KREATIFITAS

Berbicara tentang kreatifitas anak muda Aceh pasti tidak akan ada habisnya. Pasalnya banyak sekali kreatifitas anak muda Aceh yang kini mulai muncul ke permukaan. Sebelum kita gali lebih lanjut mengenai kreatifitas anak muda ini, ada baiknya kita mengetahui dulu apa sebenarnya kreatifitas anak muda. Kreatif menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Jadi, jika dikaitkan dengan anak muda, maka  yang dikatakan anak muda kreatif adalah anak-anak muda yang penuh imajinasi dan mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Kata bermanfaat di sini bertujuan untuk menekankan bahwa masyarakat pada umumnya akan menganggap seorang remaja itu kreatif jika apa yang dilakukannya bermanfaat bagi dirinya sendiri, apalagi jika hal tersebut dapat bermanfaat bagi khalayak luas. Rasanya sedikit sekali atau malahan hampir tidak pernah ada yang mau mengakui dengan tulus segala bentuk kekreatifitasan yang hasilnya merusak atau mengganggu kehidupan bermasyarakat.

Antara Benar dan Salah dalam Ber-Hijab

Dunia remaja putri Aceh sekarang selalu identik dengan Hijab(pakaian muslim), namun di karenakan tren, masih ada sebagian wanita yang berpakaian muslim yang tidak mengikuti kaidah agama Islam. Sekalipun mengikuti tren, wanita seharusnya menggunakan busana sesuai dengan kaidah yang ada. 

Untuk meluruskan tentang busana muslim(hijab) yang sesuai dengan kaidah Islam, maka ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu cara hijab yang benar dan salah menurut Islam. Inilah beberapa cara hijab yang salah:

  • Memakai legging tipis sehingga memperlihatkan lekuk tubuh, apalagi bila atasan juga tipis melambai, hanya menutupi hingga lutut saja.
  •  Lengan hanya ditutup 3/4 atau 7/8 bagian di mana penutupan ini juga kurang sempurna menutupi aurat.
  • Memakai jilbab yang tidak menutupi leher sekalipun sudah memakai baju longgar.
  • Memakai obi(ikat pinggang/sabuk) sehingga memperlihatkan lekuk pinggang.
  • Memakai busana yang mengikuti lekuk tubuh dan memperlihatkan keindahan tubuh.

MENGINTIP KREATIFITAS ANAK MUDA BANDA ACEH

Berbicara mengenai kreatifitas memang tidak ada batasnya, itu dikarenakan kreatifitas bukan terfokus pada satu bidang saja, namun hampir di semua bidang terdapat kreatifitas. Apalagi sesuatu yang dilakukan oleh anak muda sendiri khususnya di kota Banda Aceh.Kreatifitas anak muda di kota Banda Aceh kini telah ‘kian meruah’, pasalnya hampir semua kreatifitas dalam beberapa bidang memiliki komunitasnya sendiri, seperti komunitas film, musik, hip-hop, break dance, desain, photographer dan lain-lain, yang bertujuan untuk mengembangkan bakat yang ada di dalam diri mereka, sekaligus menarik perhatian pengunjung dari luar kota Banda Aceh. Banyak cara yang dilakukan untuk memperkenalkan budaya dan bahasa daerahnya kepada dunia luar, melalui seni tari, menyanyi, pameran kerajinan dan lain sebagainya.

Salah satu komunitas film yang ada di kota Banda Aceh adalah “Lamp On Aceh Film Community”. Komunitas ini terdiri dari sekumpulan anak muda yang bermodalkan semangat dan kegigihan untuk mengembangkan dan memajukan kreatifitasnya di bidang perfilman di Aceh. Siapa sangka, komunitas yang baru tiga tahun ini berdiri, telah menelurkan lebih dari 25 film baik fiksi, dokumenter maupun lainnya. Beberapa di antaranya telah memenangi festival lokal maupun nasional. Film dokumenter “Ironi Dibalik Gaptek” meraih juara II pada Festival Video Edukasi 2011 pada Kementrian Pendidikan yang berlangsung di Surabaya, film dokumenter “Pulo Aceh Surga yang Terabaikan” meraih juara audience choice pada International Documentary Film Festival SBM Golden Lens 2012 di Kedutaan Besar Belanda. Baru-baru ini sebuah film pendek berjudul “Jameun-Jinoe” telah membawa komunitas film Lamp On Aceh mewakili Aceh pada Jambore Film Pendek Nasional di Jakarta. Luar biasa bukan kreatifitas anak muda Aceh kita ini.

Generasi Muda Penjaga Budaya

 Kesenian adat dan budaya begitu lekat dengan masyarakat Aceh. Seni tari ranup lampuan sebagai salah salah satu tari dari Aceh yang menjadi identitas keAcehan. Tari ini mempunyai peran penting di kehidupan sosial. Almarhum Yuslizar yang yang lahir di Banda Aceh pada 23 Juli 1937, Beliau lah pencipta Tarian Lanup Lam Puan ini. Tarian Ranup Lampuan diciptakan beliau ditahun 1959. Tarian ini memang pada awalnya hanya terdapat di Kotamadya Banda Aceh. Akan tetapi dengan cepat tersebar ke setiap kabupaten dan kota lainnya di seluruh Aceh dan menjadi fenomenal.
Masyarakat Aceh terkenal dengan kebiasaannya yang sangat memuliakan tamu. Kata piyĂ´h yang artinya mampir, seringkali bukan sekedar gurauan atau formalitas yang diucapkan tetangga ketika kita lewat di depan rumahnya. Tika duek atau tikar duduk dan ranup merupakan hal yang selalu ada disetiap rumah. Setiap orang yang datang disambut sebagaimana layaknya tamu penting. Begitulah adanya sejak zaman dahulu ranup punya peran sendiri di dalam tatanan masyarakat. Seiring berjalannya waktu kehidupan orang Aceh dengan sifat memuliakan tamu ini dikreasikan dalam bentuk tarian, tidak lupa ranup juga sebagai simbol dalamnya dan selalu ada disetiap tarian ini di tampilkan.

KOMUNITAS HIP-HOP DI DAERAH SYARI’AT

Hip-Hop adalah kebudayaan yang hadir pada tahun 1970'an yang di perluas dan di kembangkan oleh masyarakat Amerika, Amerika Latin dan Afro. Hip-Hop terus berkembang di daerah manapun dan mengalami kemajuan pesat dalam ranah seni music. Di Aceh sendiri Hip-Hop telah ada pada tahun ‘80-an, meskipun tidak terlalu aktif dikarenakan dan akhirnya hilang. Lalu, Hip-Hop muncul kembali sekitar tahun 2000-an, tepatnya tahun 2004. Setelah itu, Komunitas ini sempat vakum karena Tsunami, dan mulai hidup kembali pada tahun 2007. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat berkarya beberapa komunitas Hip-Hop di Aceh. Sehingga pada tahun 2010 komunitas Hip-Hop di Aceh mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Komunitas Hip-Hop di Aceh diantaranya adalah NBC (Nad Break Crew ), HNS (Hip-Hop NAD Syndicate), dan ada juga Gram Audio Family. Di Aceh sendiri ada juga label Indie yang bertujuan menaungi remaja-remaja Aceh yang berbakat di bidang Hip-Hop, yaitu Nadstarr Records. Nadstarr Records sendiri bukanlah sebuah komunitas, tetapi sebuah label Indie yang merekrut remaja-remaja Aceh untuk di orbitkan dengan membuatkan Album rekaman, Launching Album, Video Klip, dan semuanya itu diberikan gratis dengan ketentuan lulus seleksi sesuai dengan kriteria yang di tetapkan oleh Nadstarr Records sendiri.

Biografi Martunis

Martunis, lahir di Banda Aceh 10 Oktober 1997, pelajar kelas III SMAN 15 Banda Aceh ini adalah salah satu anak Aceh korban tsunami yang terjadi di Aceh pada Desember 2004, ia dikenal karena mendapat simpati dari bintang-bintang sepak bola Portugal. Tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.



Putroe Phang art and music weekend show

Derak tepuk tangan dari kursi penonton mulai terdengar saat seorang MC berdiri didepan panggung. Tampak di kursi penonton dipenuhi oleh anak-anak dengan orang tuanya juga anak muda yang menunggu pertunjukkan apa yang kiranya akan mereka nikmati sore ini. Hangatnya matahari sore ini pun seakan menjalar ke hati setiap penonton yang sudah tak sabar untuk diberikan hiburan. Pohon besar ditengah-tengah kursi penontonpun seolah menjadi payung dan memberi udara yang segar disore hari ini.

Biografi T. Irwan Djohan


Teuku Irwan Djohan merupakan anak kedua dari Alm. Mayor Jendral H. Teuku Djohan dan Hj. Cut Ubit. Almarhum ayahnya pernah menjabat beberapa jabatan penting di Aceh, seperti Kepala Staf Kodam (Kasdam) Iskandar Muda, Wakil Gubernur Aceh, dan Ketua DPR Aceh, hingga anggota MPR-RI mewakili Aceh.

Irwan Djohan dilahirkan pada 1 September 1971 di Kota Kuala Simpang, ibukota Kabupaten Aceh Tamiang, saat almarhum ayahnya menjadi Komandan Batalyon (Danyon). Namum Irwan menghabiskan masa kecilnya di beberapa kota seperti Jakarta, Cimahi, Lhokseumawe dan Banda Aceh, karena mengikuti orangtuanya yang sering berpindah tugas karena ayahnya yang seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

BERHAYAL UNTUK BERTINDAK



VISI dan MISI

Berhayal untuk bertindak, mungkin kata inilah yang pantas untuk sebuah komunitas bernama Catatn Traveller yang terdapat dibanda aceh. Komunitas yang memiliki Visi dan Misi yaitu menjadikan Catatan Traveller sebagia salah satu komunitas yang dapat menginspirasi dan menjadi wadah bagi  para pemuda dan para pecinta seni fotografi dan seni videografi yang ada diaceh, khususnya Banda Aceh. Dan semoga Catatan Traveller nantinya juga dapat menajadi tempat dan sarana pertukaran informasi dan juga sebagai media promosi bagi daerah Aceh sendiri.

MEJAJAKI PETUALANGAN KE PULAU NASI

Pulau nasi merupakan salah satu pulau yang terletak tidak jauh dari kota Banda Aceh, pulau nasi atau orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pulau Aceh merupakan satu dari sekian banyak pulau yang ada di aceh yang memiliki ragam karakteristik tersendiri. Nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat di pulau tersebut memiliki cerita dan sejarah yang luar biasa. Tetapi dari sudut pandang yang berbeda mengenai status pulau tersebut banyak orang awam beranggapan aneh, karena ada yang beraggapan bahwa pulau itu banyak malarianya dan ada juga yang beraggapan bahwa pulau tersebut banyak tanaman ganja atau lebih dikenal dengan sebutan bakong dalam istilah bahasa orang aceh.   

Mengawali perjalanan saya kali ini menjajaki petualangan ke Pulau Nasi dalam rangka melakukan survei dan observasi mengenai Pulau tersebut, saya dan empat teman saya melakukan perjalanan pada pertengahan 2011. 



Obituari Tengku Hasan Muhammad di Tiro

Tengku Hasan Muhammad Di Tiro lahir di Pidie, Aceh, pada 25 September 1925 di Tanjong Bungong, Lameulo, sekitar 20 km dari Sigli. Hasan Tiro merupakan anak kedua pasangan Tengku Pocut Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Dia adalah keturunan ketiga dari kesultanan Aceh Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro.

Dia memperoleh gelar doktor di bidang hukum internasional dari Colombia University. Di negeri itu ia menikah dengan Dora seorang wanita Amerika Serikat keturunan Yahudi. Di masa-masa itu pula Hasan Tiro pernah bekerja di KBRI dan membangun jaringan bisnis di bidang petrokimia, pengapalan, penerbangan, dan manufaktur hingga ke Eropa dan Afrika. Hasan Tiro juga menjelaskan hal ini dalam bukunya The Price of Freedom.

Pandangan politiknya mulai berbalik 180 derajat ketika pemerintah Indonesia di masa Perdana Menteri Ali Sastroamidjo (1953-1955) mengejar pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) hingga ke pedalaman Aceh. Hasan Tiro memprotes tindakan itu. Bulan September 1954 dia mengirimkan sepucuk surat kepada sang perdana menteri

Kecewa dengan sikap pemerintah Indonesia, Hasan Tiro kemudian meninggalkan KBRI. Dia bergabung dengan DI/TII Aceh yang dideklarasikan mantan Gubernur Militer Aceh (1948-1951) Daud Beureuh tanggal 20 September 1953 sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) yang dideklrasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Tasikmalaya, 7 Agustus 1949. Di DI/TII Aceh Hasan Tiro menjabat sebagai menteri luar negeri, dan karena jaringannya yang dianggap luas di Amerika Serikat dia pun mendapat tugas tambahan sebagai “dutabesar” di PBB.